Thursday, 31 May 2018

Reclaim Your Life

Senja muram kala itu. Tiba-tiba sebuah pesan singkat masuk ke chat messenger-ku. Seorang kawan lama yang kukenal sudah sejak tahun duaribuan. Dulu kami pernah bekerja di tempat yang sama, lalu sama-sama keluar dan berkarir di tempat lain. Ayra namanya. Umurnya sedikit di atasku.

Kami berteman di media sosial selepas resign dari tempat kerja yang lama. Dia termasuk cukup aktif menanggapi hal-hal yang aku posting di media sosialku. Namun sudah beberapa bulan belakangan ini aku tak melihat ada aktifitas di akunnya. Aku kira, seperti halnya orang kebanyakan, dia sibuk.

Monday, 7 May 2018

Stay fearless, Tania...



Waktu sudah menunjukkan pukul 20.30 ketika telepon genggamku berdering. Tania. Tumben, begitu pikirku. Tania termasuk teman lamaku di komunitas. Kami pertama kali bertemu di konferensi AIDS di Bali tahun 2009. "Sist, sibuk nggak?" tanya suara di seberang ketika aku menjawab panggilan masuk itu. "Nggak kok. Ada apa , Tan?" tanyaku. Aku mendengar suaranya menghela nafas sebelum berbicara, "Sist, kayaknya kita harus mulai gerakan untuk mempertanyakan ARV deh. Pengobatan di Indonesia nih udah mulai nggak bener sekarang!" ujarnya sedikit berapi-api. Dahiku berkerut, "Emangnya kenapa?" tanyaku tak paham. Terdengar suara Tania mendengus kecil. 

Wednesday, 2 May 2018

Aku Masih Menunggu....

Kala itu baru beberapa bulan aku mengetahui status HIV-ku. Seperti yang sudah kuduga sebelumnya, kabar tentang sakitnya mantan suamiku dan tertularnya aku diam-diam menyebar di kalangan mantan teman sejawatku di hotel. Dee menjadi juru bicaraku jika ada yang bertanya. Saat itu dia sudah lebih berlapang dada ketika harus mengonfirmasi berita tentang statusku. Tak terlalu emosional lagi.